Kamis, 29 Januari 2009

Pemimpin itu...(Memimpin dengan Visi)

Rombongan besar pasukan Muslimin ekspedisi penaklukan Romawi telah berangkat. Sampai di suatu tempat yang dikenal dengan Ma’an, rombongan berhenti untuk istirahat. Di sana pasukan Muslimin mendengar kabar bahwa jumlah pasukan musuh (Romawi) jauh lebih besar. Tiga puluh ribu pasukan Muslimin akan berhadapan dengan 200 ribu tentara Romawi. Mengetahui kabar itu, seketika semangat sebagian pasukan Muslimin menurun. Muncul keraguan dan pesimisme. Dalam pada itu, muncul usulan untuk berkirim surat kepada Rasulullah dan menceritakan kekuatan lawan.
Mendengar itu, salah seorang komandan perang, Abdullah bin Rawahah segera berkata, “Demi Allah, apa yang kalian tak sukai justru merupakan tujuan kalian sebenarnya. Bukankah kalian menginginkan mati syahid? Kita memerangi musuh bukan karena mengandalkan jumlah, kekuatan, maupun banyaknya tentara. Kita memerangi meraka atas nama agama ini yang karenanya Allah memuliakan kita. Majulah! Kita pasti akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan. Menang atau syahid!”
Serentak pekik takbir bergema. Pasukan Muslimin bersepakat untuk meneruskan perjalanan ekspedisi. Sampai di suatu tempat yang bernama Mu’tah, pertempuran terjadi. Dan kemudian Allah menganugerahkan kemenangan bagi kaum Muslimin. Pasukan Romawi berhasil dipukul mundur, kembali ke negerinya.
Salah satu hikmah yang menarik dari penggalan kisah di atas adalah bagaimana kepiawaian Abdullah bin Rawahah sebagai salah satu pimpinan pasukan mengembalikan semangat perang yang mulai surut. Bagaimana dia, dengan kemampuan pidatonya, mampu membangun kembali optimisme pasukan Muslimin meski akanmenghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Jawabannya terletak pada visi.
Visi adalah cita-cita. Tujuan akhir. Mimpi yang ingin dicapai. Yang kemudian memberikan dorongan bagi kita untuk berusaha hingga mimpi itu tercapai. Dalam sebuah organisasi, visi adalah tujuan akhir yang akan memberikan jawaban untuk apa organisasi tersebut terbentuk, kemudian merencanakan dan menjalankan program kerjanya. Organisasi tanpa visi akan menjadi organisasi tanpa tujuan.
Kita ibaratkan suatu organisasi dengan sebuah kapal yang sedang melakukan perjalanan. Pelabuhan tujuan kapal berlabuh adalah analogi dengan visi bagi organisasi. Nah, nahkoda kapal ibarat pemimpin bagi organisasi dengan ABK adalah anak buahnya. Agar sampai pada tujuan, maka nahkoda dan ABK kapal harus tahu tujuan kemana kapal akan berlabuh. Jika suatu ketika, karena cuaca misalnya, kapal berbelok menuju ke arah yang salah, maka dengan mudah nahkoda dapat mengembalikan arah kapal tetap pada posisi yang benar. Nahkoda akan mengerahkan segenap ABK-nya untuk membuat kapal berjalan tetap megarah pada pelabuhan tujuan.
Visi menjadi penting ketika terjadi gejolah dalam organisasi. Seperti yang terjadi pada Abdullah bin Rawahah dan pasukannya. Ketika dia merasakan pasukannya mengalami lemah semangat, bukan karena jumlah pasukan musuh, tetapi sebenarnya karena pasukannya lupa dengan niat awal kenapa mereka harus berperang. Maka dengan segera ia mengingatkan seluruh pasukannya tentang tujuan awal kenapa mereka dikirim dalam ekspedisi ini. Ia dengan lantang menyampaikan bahwa visi pasukan adalah untuk meraih kemenangan atau menggapai syahid, maka jumlah pasukan musuh bukan alasan untuk mundur. Itulah arti penting sebuah visi bagi seorang pemimpin.
Jika sobat menjadi seorang pemimpin sebuah organisasi (OSIS, ROHIS, remaja masjid, dsb.) maka sobat harus memahami visi atau tujuan organisasi yang sobat pimpin. Agar sobat tidak kebingungan ketika harus menjalankan fungsi kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pemahamam tentang visi organisasi akan menentukan bagaimana sobat mengelola dan mengaturnya. Kebijakan-kebijakan yang sobat ambil sangat ditentukan oleh pemahaman sobat tentang visi organisasi. Visi akan menjadi bingkai dari semua yang terjadi dalam sebuah organisai.
Kinerja kepemimpinan sobat bisa dilihat dari pencapaian atas visi yang telah ditetapkan. Maka semua program kerja yang direncanakan harus mengacu pada bagaimana visi organisasi bisa tercapai. Misal, ada sebuah organisasi yang visinya adalah memiliki anggota yang berakhlak sholeh. Maka program kerja dan kebijakan sobat harus diarahkan pada bagaimana membuat anggota menjadi berakhlak sholeh semua.
Sobat sendiri harus memiliki visi memimpin. Pertanyaannya adalah visi seperti apa yang mestinya kita miliki? (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar