tag:blogger.com,1999:blog-17760821633880364212023-11-16T07:45:47.482-08:00Portal ImpianKETIKA KESUKSESAN ADALAH IMPIAN..
KETIKA KEBERHASILAN ADALAH TUJUAN..
DAN KITA ADALAH BAGIAN DARI KEMENANGAN..Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-35361953967249737482011-04-11T03:37:00.000-07:002011-04-11T03:37:03.073-07:00Pemimpin Itu...Bepengaruh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0YlClXLm4aoQSwSp3I-0-GojrUQSG0AEtrgwlV4gupU0XbHcIpKbzCqd1L33W-enqTWgqqU8yoq3lqhiG-SzIuSdaQ2qLHBvblVPN-dVG0FG_IZFCeVEx20zNOjuht7-nwehWZE-m-PE/s1600/kamu+adalah+pemimpin.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0YlClXLm4aoQSwSp3I-0-GojrUQSG0AEtrgwlV4gupU0XbHcIpKbzCqd1L33W-enqTWgqqU8yoq3lqhiG-SzIuSdaQ2qLHBvblVPN-dVG0FG_IZFCeVEx20zNOjuht7-nwehWZE-m-PE/s320/kamu+adalah+pemimpin.jpeg" width="320" /></a></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Adalah Rasulullah Muhammad SAW, sosok yang buta huruf namun mampu mengubah wajah peradaban dunia melalui risalah Islam yang diajarkannya. Beliau dikenal sebagai seorang pemimpin agama, panglima perang, diplomat ulung, sekaligus negarawan yang handal.</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam sejarah, dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW, situasi sosial dan politik wilayah Arab yang dipenuhi dengan persaingan antarsuku dan tata kehidupan yang keras khas padang pasir berubah menjadi sebuah komunitas yang bersatu dengan peradaban yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Beliau adalah sosok pemimpin yang sukses.</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Salah satu kunci instrumen penting dalam kepemimpinan Rasulullah yang patut kita tiru adalah kemampuan beliau dalam mempengaruhi orang lain. Stephanie Barrat-Godefroy (penulis buku tentang mamajemen SDM), menguraikan bahwa salah satu persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin sejati adalah harus mampu mempengaruhi orang lain. Kemampuan mempengaruhi orang lain lain menjadi modal dasar seorang pemimpin, bagi komunitas apapun, dari lembaga bisnis, pemerintahan, agama, dan sebagainya.</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pertanyaannya adalah apa yang bisa membuat seorang pemimpin memiliki pengaruh yang kuat terhadap para pengikutnya? Ada beberapa hal, yaitu</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: red; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">KETINGGIAN ILMU</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kepandaian seseorang dapat menyebabkan seseorang itu berpengaruh terhadap orang lain. Bahkan seorang khalifah sekalipun bisa tunduk kepada seorang yang memiliki ketinggian ilmu. Suatu ketika, khalifah Harun ar-Rasyid mendengar ketinggian ilmu Imam Malik, peletak dasar Mazhab Maliki.</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sang khalifah tertarik supaya anak-anaknya belajar pada sang ulama. Ia meminta sang ulama untuk datang ke istana khalifah. ”Saya ingin anak-anakku mendengarkan kajian kitab al-Muwaththa’ di istana,” ujar Harun ar-Rasyid.</span></div><div style="color: blue; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Namun, betapa terkejutnya sang khalifah, Imam Malik tidak mau datang ke istananya. Dengan tegas Imam Malik menjawab, ”al-Ilmu yu’ta alaihi wa la ya’ti” (Ilmu harus didatangi, bukan mendatangi). Harun ar-Rasyid tidak bisa apa-apa. Ia lantas menyuruh putra-putranya datang ke masjid tempat Imam Maliki memberikan kajian untuk mengaji bersama rakyatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;">Sobat, bisa kita lihat bahwa pengaruh seseorang bisa timbul karena ketinggian ilmunya. Namun perlu diperhatikan, bahwa jangan dikira dengan sebatas menguasai ilmu saja, kita bisa menjadi orang yang berpengaruh. Menuntut ilmu harus disertai dengan mengamalkannya secara ikhlas. Pengamalan dengan ikhlas atas ilmu akan menumbuhkan rendah hati yang memancarkan kewibawaan. Itulah kunci kenapa Imam Malik menjadi begitu berpengaruh.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> <span style="color: red;">KEMAMPUAN LISAN</span></span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Tidak semua pengaruh muncul dari ketinggian ilmu. Pengaruh bisa tumbuh karena kecerdasan lisan seseorang. Kemampuan berbicara, orasi, atau berdiplomasi yang baik dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Bung Karno, presiden pertama RI, adalah contoh pemimpin berpengaruh sekaligus orator yang ulung.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Mari kita simak siroh tentang sahabat Mush’ab bin Umair! Beliau adalah duta dakwah pertama yang diutus Rasulullah membuka dakwah di Madinah. Pada suatu hari, Mush’ab bin Umair menyampaikan dakwah di hadapan kabilah Abdul Asyhal di Madinah, tiba-tiba beliau dihadang Usaid bin Hudlair, sang kepala kabilah.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> ”Apa maksud kedatangnmu ke sini? Apakah hendak membodohi kaumku? Tinggalkan segera tempat ini! Atau nyawamu akan melayang!” bentak Usaid sambil menodongkan tombak ke dada ibnu Umair.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Dengan tenang dan halus, Mush’ab bin Umair menjawab, ”Bagaimana jika Anda duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya Anda menyukai nanti, Anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, saya akan menghentikan apa yang tidak Anda sukai!”</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Mendengar permintaan halus tersebut, seketika Usaid menjatuhkan tombaknya dan meminta ibnu Umair untuk menyampaikan dakwahnya. Segera Mush’ab bin Umair membacakan ayat-ayat Al-Quran dan menguraikan dakwah yang dibawakan Muhammad SAW. Hasilnya, hati dan pikiran Usaid mulai terbuka dengan hidayah Allah yang bercahaya, Usaid bersyahadat. Tidak lama kemudian, keislaman Usaid bin Hudlair diikuti Sa’ad bin Mu’adz, kemudian Sa’ad bin Ubadah. Pasca masuk Islamnya tiga tokoh tersebut, masyarakat Madinah berbondong-bondong masuk Islam.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Sobat, sosok sahabat Mush’ab bin Umair menjadi teladan kita tentang bagaimana kemampuan diplomasi lisan dapat mempengaruhi pikiran orang. Dengan pertolongan Allah SWT melalui kemampuan lisannya, Mush’ab bin Usaid mampu mempengaruhi masyarakat Madinah dan kemudian mempersiapkan Madinah untuk kedatangan rombongan hijrah kaum Muslimin dari Mekah.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><br style="color: red;" /><span style="color: red;"> KEKUATAN KEPRIBADIAN</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Dialah Abdurrahman ibnul Jauzi. Beliau memang hanya seorang ulama, tapi kekuasaan dan pengaruhnya mampu melebihi kekuasaan seorang raja. Dengan kekuatan kepribadiannya, kharismanya, beliau mampu mengusai jalan pikiran setiap orang yang mendengarkan petuahnya.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Untaian kalimat nasihat yang keluar lisannya, mampu melembutkan hati sekeras batu sekalipun. Sinar matanya yang penuh wibawa dan kharisma mampu menjinakkan keliaran mata. Setiap kali ia berkhotbah, ribuan atau bahkan ratusan ribu orang menemui kesadaran kembali. Bahkan penguasa digdaya yang tidak pernah menangis seumur hidupnya akan menangisi dirinya di hadapannya.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Apa yang menyebabkan pengaruh yang beliau miliki begitu luar biasa di hadapan orang lain? Jawabannya tidak lain karena kekuatan kepribadian beliau. Kepribadian yang terbentuk dari kharisma dan pesona diri. Ya, kepribadian beliau menjadi berpengaruh karena kharismanya. Kharisma tumbuh dari gabungan wibawa dan pesona, ilmu dan akhlak, pikiran dan tekda, keluasan wawasan dan kelapangan dada. Beliau menebarkan ilmu dan cinta di setiap penjuru pikiran manusia.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Itulah kekuasaan spiritual, kata Anis Matta. Kekuasaan yang mampu menimbulkan ketaatan atas dasar pengakuan tulus, bukan ketakutan atas ancaman. Kekuasaan yang mampu menimbulkan ketundukan atas dasar hormat dan cinta.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> <span style="color: red;">SENI MENDENGARKAN</span></span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain ini, dengan ilmu, lisan, dan kepribadian, akan semakin ampuh jika ditambah dengan seni mendengarkan. Mengapa harus mendengarkan? Memang, kebanyakan orang senang berbicara mengenai diri sendiri, baik mengenai keberhasilan maupun masalah mereka.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Padahal, jika ingin menjadi seorang pemimpin sejati ia harus pandai mendengarkan. Jika seorang teman atau bawahan ingin menyampaikan masalah yang dihadapinya, pergunakanlah telinga dengan penuh simpati dan perhatian. Jika dia minta nasehat, berikan beberapa anjuran. Jangan sekali- kali membicarakan masalah Anda sendiri. Orang tersebut tidak ingin mendengarkan apa yang Anda katakan. Tetapi jika Anda ingin mempengaruhi orang itu supaya melakukan sesuatu untuk Anda, maka dengarkanlah apa yang mereka sampaikan.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Sejak lahir kita dianugerahkan Allah dua telinga dan satu mulut. Dua telinga berfungsi sebagai alat pendengaran, dan mulut berfungsi sebagai sarana untuk berbicara. Allah menghendaki bahwa kita, sebagai hambanya, harus pandai mendengarkan dua kali lipat dibandingkan dengan berbicara.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Untuk memanfaatkan anugerah Allah ini, berikut diuraikan lima kiat meningkatkan kemampuan mendengarkan. Kiat pertama adalah berhenti berbicara. Tahan keinginan Anda untuk berbicara atau hanya sekedar memberi komentar dengan mengendalikan emosi Anda saat rekan atau bawahan Anda menyampaikan pendapatnya. Kedua, tunjukan minat terhadap topik pembicaraan orang lain dengan cara mengajukan pertanyaan.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Ketiga, ciptakan suasana tentram bagi pembicara dengan cara menampakkan raut wajah yang bersahabat dan senyuman yang ramah. Keempat, berempatilah dengan pembicara. Seandainya Anda sebagai orang yang hendak menyampaikan pendapatnya kepada orang lain atau atasan Anda, apa yang Anda harapkan dari mereka? Posisikan diri anda sebagai orang lain yang sedang berbicara.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span style="color: blue;"> Kelima, jadilah orang sabar agar dapat melaksanakan keempat kiat meningkatkan kemampuan mendengarkan tersebut. Menjadi orang sabar tentunya memerlukan waktu dan perjalanan waktu akan menuntun Anda menjadi seorang pemimpin yang sejati.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><br style="color: blue;" /> <span style="color: blue;"> Reference</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><i><span style="color: blue;">Anis Matta. 2004. Mencari Pahlawan Indonesia. The Trabawi Centre</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Hepi Andi Bastoni. 2006. Belajar dari Dua Umar. Qalammas.</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Khalid M. Khalid. Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah. Penerbit Diponegoro</span>.</i></span><br />
</span></div></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-2910946521842659642011-03-24T21:15:00.000-07:002011-03-24T21:16:58.766-07:00..Menulis itu Asyik..<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixavVanQ2zQRGyNiktEuA00U0CZ5zD17P_YIhY5MY9a5x-v2SzM1wKDrvxiHww6FwelvZIN_p1gndIdiMe0ZcsZlnItQIewK8ffiWmG_SgAN1DwzVAJzqwDwGN_o5d6W-L58qgn85EH1M/s1600/menulis-itu-susah.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixavVanQ2zQRGyNiktEuA00U0CZ5zD17P_YIhY5MY9a5x-v2SzM1wKDrvxiHww6FwelvZIN_p1gndIdiMe0ZcsZlnItQIewK8ffiWmG_SgAN1DwzVAJzqwDwGN_o5d6W-L58qgn85EH1M/s320/menulis-itu-susah.png" width="320" /></a></div><div style="color: #741b47;">Ternyata sudah lama sekali tidak menulis, kalau melihat dari daftar artikel di blog ini hampir 2 tahun berhenti menulis di blog ini. Alasan klasik, sibuk tidak sempat untuk menulis. Sebenarnya sih hanya pembenaran atas kemalsan untuk kembali menuangkan ide-ide, curahan hati, gagasan, dalam sebuah tulisan.</div><div style="color: #741b47;">Dan..sekarang..semangat untuk menulis muncul kembali..semoga tidak seperti yang dulu-dulu, semangat menulis hanya di awal saja..</div><div style="color: #741b47;">Karena menulis itu asyik..dulu ketika awal membuat blog yang menjadi lintasan awal adalah bagaimana membuat blog itu menjadi populer, pageranknya tinggi, dijadikan tempat sarang iklan, sehingga banyak pemasukan. Tetapi ternyata hal ini membuat semangat untuk menulis hanya musiman, tidak konsisten. Karena kenikmatan untuk menulis belum terasakan, ya mungkin karena niat awalnya hanya untuk sekedar populer-populeran.</div><div style="color: #741b47;">Dan..sekarang..ternyata menulis itu asyik..menulis di jadikan sarana untuk menumpahkan semua hal yang ada di otak mulai dari yang remeh temeh sampai hal yang cukup visoner, tidak peduli apakah itu artikel yang menarik atau tidak. Yang penting menulis, yang ada di otak tertuangkan, beres..</div><div style="color: #741b47;">Dengan menulis kita juga dapat mengurangi stress lo..karena dengan menulis otak kita tidak penuh dengan hal-hal yang sebatas awang-awang, tidak terkpnsepkan secara detail. Tidak terpetakan secara rinci. Makanya dengan menulis, berbagai masalah yang ada di kepala dapat terpetakan dan terkesan lebih simpel untuk di fahami.</div><div style="color: #741b47;">Di awal memang menulis itu susah, karena diri kita yang susah untuk memulai menulis. Hal pertama yang biasanya di bingungkan adalah, menulis apa ya..? karena kita berfikir bahwa tulisan kita harus bagus, harus menarik, harus sistematis, jadinya kita terlalu di bingungkan untuk bagaimana mewujudkan itu semua. Padahal apa yang kita tulis adalah hak kita, mau menulis apapun terserah kita (walaupun tetap menghormati orang lain), mau bagus atau jelek itu penilaian orang lain. Tetapi setidaknya kita sudah menulis..everything... Jadi di awal adalah, tulislah apa yang ada di pikiranmu, apapun...Jangan di Batasi...Tetap percaya diri.. Dan juga jangan lupa untuk banyak membaca, sebuah teko tidak akan bisa mengisi gelas kalau teko itu tidak terisi air..:) </div><div style="color: lime;">Nah...Yok meulis dari sekarang...apapun itu..</div></div><span class="fullpost"> </span></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-59520413350754231432011-03-24T09:33:00.000-07:002011-03-24T09:33:56.170-07:00..Ketika Aku Jatuh Cinta..<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: magenta; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2tnt1Bg73dSkZjYgonvejFM7gdD_g9ihyphenhyphenOBaUUcBgdql9z3CcouW3ke84MeFl0r8asyzmO4W3Z-bncj10vK9B3nXsL4gvBLnXonY7BVtuuNPH88NLDD1nrdD4uKUYpdj5jWq7n7J7iBc/s1600/1204730991_efbe350954.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2tnt1Bg73dSkZjYgonvejFM7gdD_g9ihyphenhyphenOBaUUcBgdql9z3CcouW3ke84MeFl0r8asyzmO4W3Z-bncj10vK9B3nXsL4gvBLnXonY7BVtuuNPH88NLDD1nrdD4uKUYpdj5jWq7n7J7iBc/s320/1204730991_efbe350954.jpg" width="320" /></a></div>Suatu hari Fatimah binti Rasulullah Saw, berkata kepada Ali r.a, suaminya.</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta; text-align: justify;">“Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu.”</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta; text-align: justify;">“O ya,” tanggap sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. “Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?”</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta; text-align: justify;">“Lelaki itu adalah engkau, sayangku.” jawabnya sambil tersipu, membuat sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya.</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta; text-align: justify;">Percakapan antara Fatimah r.a dengan Ali r.a di atas munkin cukup romantis bagi kita, mungkin hal ini sudah menjadi biasa bagi sepasang kekasih yang sudah terikat perjanjian pernikahan, tetapi bagi yang belum menikah, mungkin percakapan – percakpan romantis ini hanya di temukan di bacaan tentang pernikahan ataupun novel-novel saja. Percakapan yang romantis menjadi misteri yang terus menggelitik hati untuk menjadi hal yang membuat penasaran.</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta; text-align: justify;">Alangkah bahagianya apabila misteri itu menjadi kenyataan bagi seorang pemuda yang sudah mendambakan sejak lama peristiwa tersebut, dan kemudian sampai pada terminal hati sebuah ikatan suci pernikahan. Sehingga pemuda itu bisa mengungkapkan apa yang ada di hatinya, yang selama ini disimpan kemudian di ungkapkan kepada istrinya.</div><div style="color: magenta; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: magenta;">Tetapi hal ini hanya menjadi hak milik bagi mereka yang sudah siap dan mampu untuk menjalani sebuah perjanjian yang berat, yaitu pernikahan. Kepada pemuda yang masih belum mampu, hanya menjadi misteri yang selalu menggoda.<span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Kadang-kadang ada pemuda yang tidak kuat untuk menahan perasaan itu, imajinasi itu terus menari-nari dan menggoda hatinya. Sehingga suatu ketika dorongan untuk mengungkapkan perasaan itu cukup besar, sangat dahsyat. Tetapi kepada siapakah persaan ini di ungkapkan? Istri belum punya, kekasihpun tidak ada. Kata pacaran sudah benar-benar di hapus di dalam masa remajanya. Terus kepada siapa..? padahal dorongan itu terus menggelora dengan dahsyatnya.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Hingga suatu ketika dalam sebuah rapat koordinasi atau ketika membahas tugas kuliah, ada sesuatu yang mempesona di balik sana. Peristiwa itu mempertemukan dua pesona, yang selama ini masing-masing sedang memancar dengan dahsyatnya. Dan imajinasi itu kembali menari-nari.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> “Mungkin di balik hijabnya yang rapi itu, dialah gadis yang halus perasaanya, peduli kepada sesama. Nah..mungkin inilah yang kuimpikan selama ini..”</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> “Dibalik wajahnya yang kalem, terpancar ketegasan yang berwibawa ketika mengambil keputusan. Sosok ikhwan yang beginilah yang aku dambakan..”</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Dan perasaan itu pun hadir dengan halusnya bersamaan dengan sering berinteraksi.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> CINTA…</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Lalu apakah perasaan ini harus diungkapakan, padahal untuk melakukan perjanjian suci itu sungguh berat dan banyak yang harus dipersiapkan oleh pribadi ini. Padahal gejolak rasa itu terus menggelora di dalam dada. Sehingga berbincang dengannya adalah sesuatu yang mengasyikkan, menerima sms nya adalah sesuatu yang di damba-dambakan, ketika berdiskusi dengannya timbul perasaan senang yang lain dari biasanya, berpisah denganya dalam koordinasi adalah sesuatu yang berat, ketidakhadirannya dalam pertemuan menimbulkan kekecewaan yang tidak sekedar kecewa antar staff atau antara ketua dan anggotanya.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Indah…</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Tapi berbuah musibah..</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Interaksi yang longgar antara ikhwan dan akhwat membawa mereka ke dalam dua dilema yang dari hari kehari semakin menekan dan membingungkan. Dilema… Perasaan itu sudah telanjur hadir dan semakin merasuk ke dalam hati, bagaikan virus ganas yang menginfeksi organ tubuh kita. Indah tetapi bermasalah. Maksud hati ingin menikah, tetapi sangat berat di lakukan karena belum punya kesiapan. Mau di tingggalkan, tetapi persaan semakin menekan, cinta terlanjur bersemi. Menunggu pernikahan, tetapi sehari terasa seperti bertahun-tahun. Terus menjalankan interaksi, tetapi hati semakin merasa bersalah.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Terus bagaimana solusinya…?? Ketika kita membahasnya dengan realita dan logika, maka akan memberikan pembahasan yang panjang dan hanya menimbulkan kebingungan saja. Tapi selayaknyalah kita berbicara atas dasar keimanan dan nurani, agar kita terhindar dari prasangka.</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Tanyakanlah kepada nurani dan keimanan kita, kepada siapakah kita sewajibnya untuk jatuh cinta..? masih mampukan kita mempertahankan cinta kepada Rabb kita sebagai prioritas pertama ? atau cinta kepadanya sudah mulai mengeliminir rasa cinta abadi kepada-Nya.? Dengan kekuatan iman, cinta kepada Allah bisa mengeliminir cinta kepada seseorang yang telah menjauhkan dari keridhaan-Nya. Cinta macam apa yang menjauhkan diri dari keridhaan Allah? Untuk apa mempertahankan cinta yang akhirnya membuahkan benci Dzat yang sangat kita harapkan cinta-Nya?</span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="color: magenta;"><span class="fullpost"> Renungkanlah saudaraku dan jawablah dengan nuranimu..</span></div><span class="fullpost"> <br />
</span></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-13482877521469599562011-03-24T09:01:00.000-07:002011-03-24T09:01:35.178-07:00..Makna Sebuah Kehilangan..<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hwaa..si Kenji hilang...si Kenji adalah motor sport punyaku yang biasa di pakai kemanapun, siap touring ke luar kota...Baru sekitar 4 bulan menemani aktivitas di kampus dan yang lainnya. pernah bersama di misi relawan Merapi, pernah bersama kehujanan pasir waktu evakuasi pengungsi dan sebagainya. Dan motor itu sekarang hilang di ambil orang. Merasa kehilangan..? Pasti..Lantas apa yang harus dilakukan..</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebenarnya, pikiran yang terlintas di awal adalah mengutuk habis si pencuri, karena saya sudah berusaha untuk menjaga kemanan dengan mengaktifkan kemanan standar pada motor. Menyalahkan si Pencuri, apakah ini salah..? Tidak.. Tetapi ada hal yang lebih bermanfaat untuk di lakukan, karena ini berimbas kedepan. Yaitu berinstropeksi diri atas kehilangan yang di dapat,,</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Alhamdulillah...dengan kehilangan ini menjadikan saya untuk berinstropeksi diri, ada apa di balik kehilangan ini. Karena sebagai orang yang beriman, saya yakin bahwa musibah ini ada hikmah yang bisa di ambil di baliknya. Selain karena merasa ceroboh dalam menjaga harta, dan benar-benar berniat untuk tidak ceroboh lagi. Tapi ada sesuatu hal yang mengusik hati tentang instropeksi diri ini, dengan kehilangan ini saya merasa ada yang salah dengan aktivitas selama ini yang berhubungan dengan si Kenji, yang kemudian Allah memberi peringatan dengan memberi kelonggaran sehingga memudahkan si pencuri untuk mengambilnya.</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hal yang terlintas dalam evaluasi diri adalah sombongnya saya ketika memakai si Kenji, mungkin dengan kehilangan ini menjadikan diri semakin rendah diri. Merasakan bagaimana aktivitas tanpa di bantu kendaraan. Kemudian adalah sulitnya menjaga hati ketika bersama si Kenji yang notabene adalah motor keren, dengan model sport, body besar gagah, suara cukup mantap, yang menggambarkan motor maskulin. Setidaknya yang terlintas adalah kalaupun orangnya tidak keren, motornya udah cakep.Hmmm...Astagfirullah... </span><span class="fullpost" style="font-size: small;"> <br />
<br />
Selanjutnya serahkan semuanya pada Allah..karena Dialah yang berkehendak..<br />
<br />
Kawan..jadikan setiap kehilangan itu peringatan bagi kita, sehingga kita senantiasa dapat memperbaiki diri. Mungkin dengan kehilangan ini dapat membuat kita lebih siap untuk mempunyainya kembali di saat yang lain. Setiap apa yang kita dapatkan sekarang, baik itu musibah maupun nikmat, merupakan hasil dari kumpulan-kumpulan amalan-amalan kita sebelumnya. Sehingga sudah selayaknyalah bagi kita untuk berinstropeksi diri ketika sedang kehilangan.. Tetapi jangan pernah berlarut-larut dalam penyesalan, daripada sibuk meratap lebih baik sibuk untuk menatap, menatap ke depan, membuat harapan...<br />
<br />
:)</span></div></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-58519698090758454272011-03-21T16:19:00.000-07:002011-03-21T16:19:17.003-07:00Pemimpin itu....Menyikapi Masalah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZgPEk586v9Yt1YNRZbPZ9-R6R8zporK4yinTx2OJ8IvwQfPJmH3aX-UxPI2T8MoNzhbUefDCscYNy9J0cXI7FqebqNQduoqgRnzD7y4lSRZAsn_Y5RKiC9GIbX_zUEEc8aMMsDULo78/s1600/pemimpin2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZgPEk586v9Yt1YNRZbPZ9-R6R8zporK4yinTx2OJ8IvwQfPJmH3aX-UxPI2T8MoNzhbUefDCscYNy9J0cXI7FqebqNQduoqgRnzD7y4lSRZAsn_Y5RKiC9GIbX_zUEEc8aMMsDULo78/s320/pemimpin2.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Pada detik-detik menjelang perang Badar, tiba-tiba saja kondisi berubah total. Kini kaum Muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar bukan lagi berhadapan dengan Abu Sufyan dengan kalifahnya serta tigapuluh atau empatpuluh orang rombongannya itu saja, yang takkan dapat melawan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, melainkan Mekah dengan seluruh isinya sekarang keluar dipimpin oleh pemuka-pemuka mereka sendiri guna membela perdagangan mereka itu.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Masalah besar tengah dihadapi kaum Muslimin. Andaikata pihak Muslimin sudah dapat mengejar kafilah Abu Sufyan, kemudian mengambil tawanan dan menguasai unta beserta muatannya, pihak Quraisypun tentu akan segera pula dapat menyusul mereka. Soalnya karena terdorong oleh rasa cintanya kepada harta dan ingin mempertahankannya. Mereka merasa sudah didukung oleh sejumlah orang dan perlengkapan yang cukup besar. Mereka bertekad akan bertempur dan mengambil kembali harta mereka, atau bersedia mati untuk itu.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Namun sebaliknya, apabila rombongan Rasulullah SAW kembali pulang, pihak Quraisy dan Yahudi Medinah tentu merasa mendapat angin. Dia sendiri terpaksa akan berada dalam situasi yang serba dibuat-buat, sahabat-sahabatnya pun terpaksa akan memikul segala tekanan dan gangguan Yahudi Medinah, seperti gangguan yang pernah mereka alami dari pihak Quraisy di Mekah dahulu. Ya, apabila ia menyerah kepada situasi semacam itu, mustahil sekali kebenaran akan dapat ditegakkan dan Tuhan akan memberikan pertolongan dalam menegakkan agama itu.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Dengan berkekuatan 1000 pasukan, kaum kafir Quraisy telah berada di medan perang Badar. Tak ada kemungkinan untuk menghindar dari perang bagi kaum Muslimin. Suka atau tidka suka, Rasulullah SAW dengan 300an pasukannya harus maju menghadapi pasukan yang jumlahnya tiga kali lipat.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Rasulullah SAW memahami situasi genting ini. Beliau memutuskan untuk bemusyawarah dengan dengan sahabat-sahabatnya. Diberitahukannya kepada mereka tentang keadaan Quraisy menurut berita yang sudah diterimanya. Abu Bakr dan Umar juga lalu memberikan pendapat, kemudian diikuti Miqdad bin ‘Amr. Mereka menyatakan siap maju perang. Saad bin Muadz, pemimpin kaum Anshar, segera menanggapi dan menyatakan kesiapannya mengikuti perintah perang Rasulullah SAW.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Rasulullah SAW dan pasukannya berangkat menuju Badar melalui bukit Ash’shafir, kemudian melewati daerah yang bernama ad-Diyah, kemudian berhenti tidak jauh dari Badar. Di tempat itulah, pasukan Muslimin menyusun strategi perang. Dengan strategi yang jitu, mereka berhasil mengalahkan pasukan kafir Quraisy, meski jumlah lawan jauh lebih banyak.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;">Sobat Cendekia, pelajaran tentang kepemimpinan yang sangat berharga dapat kita simak dari kisah perang Badar diatas. Rasullullah SAW dan para sahabatnya telah menunjukkan kepada kita tentang bagaimana seorang pemimpin harus menyikapi permasalahan yang tengah dihadapi, seperti halnya masalah besar pasukan Muslimin menjelang perang Badar. Bagaimana seorang pemimpin memaknai sebuah masalah? <span class="fullpost"> <br />
Masalah adalah kesempatan<br />
<br />
Bagi seorang pemimpin, masalah adalah kesempatan untuk banyak hal. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri. Kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Kesempatan untuk membentuk integritas diri. Kesempatan untuk menuju kesuksesan yang lebih tinggi. Kesempatan untuk maju. Kesempatan untuk berevaluasi.<br />
<br />
Masalah adalah kesempatan untuk apa saja. Tentunya bagi seorang pemimpin muslim sejati, maka masalah adalah kesempatan untuk beramal lebih banyak. Kesempatan untuk menambah ladang pahala. Kesempatan untuk menyiapkan bekal bagi akhirat kita.<br />
<br />
Bagi pasukan Muslimin Badar, medan perang ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan eksistensi kaum Muslimin bagi kaum kafir. Inilah momen penting yang sangat menentukan kesuksesan masa depan dakwah Islam. Jika kesempatan ini terlewatkan, maka boleh jadi dakwah Islam akan berhenti saat itu juga.<br />
<br />
Selain itu, inilah kesempatan bagi para sahabat untuk membuktikan keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya. Maka meski mereka menghadapi masalah jumlah pasukan yang lebih banyak, tapi tidak mengendurkan semangat perang mereka.<br />
<br />
Nah, karena masalah adalah kesempatan, maka pada saat datang, kita akan menganggapnya sebagai hadiah yang kita terima dengan sukacita. Bahkan kita akan menunggunya dengan harap, seandainya masalah tidak datang.<br />
<br />
<b style="color: blue;">Masalah adalah tantangan</b><br />
<br />
Janganlah menganggap masalah sebagai suatu beban yang harus dipikul di pundak. Ketika kita memaknai masalah sebagai beban, maka kita akan cenderung menghindarinya. Sikap ini akan memunculkan pesimisme dalam diri sobat. Dan sobat tahu, bahwa orang-orang yang gagal adalah yang suka menghindari masalah. Ubahlah paradigma berpikir seperti itu. Anggaplah masalah adalah tantangan.<br />
<br />
Ketika kita memaknainya sebagai tantangan, maka kita akan cenderung berusaha menghadapinya. Pada saat itu, optimisme akan muncul dengan sendirinya. Dan sobat juga tahu, bahwa optimisme adalah modal utama untuk mencapai kesuksesan. Sikap optimis akan melahirkan semangat dalam berusaha mencari solusi atas masalah yang dihadapi.<br />
<br />
Sikap seorang pemimpin yang optimis dan bersemangat juga mampu mempengaruhi suasana hati para pengikutnya menjadi bersemangat pula. Anda dapat dengan mudah mempengaruhi bawahan Anda, ketika Anda tampil optimis dan bersemangat dalam menghadapi masalah.<br />
<br />
Jika masalah adalah tantangan, maka untuk menyelesaikannya pun membutuhkan kekuatan. Kekuatan hati, pikiran, tenaga, waktu, dan sebagainya. Karena itu, seringkali kita berubah menjadi jauh lebih kuat, setelah berhasil menyelesaikan masalah sebelumnya. Bukanlah menjadi lemah, justru kekuatan akan menjadi milik Anda, ketika Anda menghadapi dan menyelesaikan masalah. Bukankah kaum Muslimin menjadi semakin kuat pasca kemenangan di medan Badar?<br />
<br />
Sama halnya dengan anak-anak elang. Hadiah terbesar bagi anak elang, yang dapat diberikan induk elang, bukanlah potongan daging makanan, bukan pula eraman hangat di malam yang dingin. Namun, ketika sang induk melemparkan mereka dari sarang yang tinggi di pohon. Detik pertama, anak elang akan menjerit ketakutan, mengira induknya sungguh keterlaluan, membiarkan anaknya jatuh ke tanah, menghadapi kematian.<br />
<br />
Sesaat kemudian, bukanlah kematian yang mereka dapatkan, justru kekuatan yang menjadi modal utama sepanjang hidupnya. Mereka mendapatkan kesejatian sebagai seekor elang, yaitu kemampuan terbang. Anak-anak elang itu telah mampu menghadapi masalah dan mengubahnya menadji kekuatan. Kekuatan terbang.<br />
<br />
Nah sobat, kadang kita juga sering dibayangi, seolah-olah masalah yang kita hadapi besar dan sangat sulit dipecahkan. Padahal ketika kita mau mecoba mengatasinya, ternyata mudah dan ringan diselesaikan. Maka, hadapi dan lakukan sesuatu sekarang untuk mengatasi Anda. Jangan tunda lagi. Kita belum tentu masalahnya sebesar dan sesulit yang kita takutkan.</span></div></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-18632182044140873722011-03-18T10:17:00.000-07:002011-03-18T10:18:59.496-07:00Pejuang PeradabanPejuang Peradaban….<br /><br />Membangun peradaban itu tidak membutuhkan pejuang-pejuang yang cengeng…<br />yang mengeluh ketika sudah berpeluh..<br />Membangun peradaban itu tidak membutuhkan mental-mental pecundang…<br />yang terpental saat kejumudan menghadang…<br />Membangun peradaban itu sulit…<br />Tidak ada kesempatan yang berfikiran sempit..<br />Membangun peradaban itu panjang…<br />Hanya untuk para pejuang…<br /><br />Membangun peradaban itu membutuhkan PERJUANGAN…………<br />Membangun peradaban itu membutuhkan KEIKHLASAN….<br />Membangun peradaban itu membutuhkan KEFAHAMAN…<br /><br />Membutuhkan pejuang-pejuang yang…<br /><br />Selalu ceria karena yakin Allah selalu memberikan pertolongan padanya..<br />Selalu tersenyum bahkan saat yang lainnya merasa pahit..<br />Selalu menerima nasehat ketika merasa dirinya sedang tersesat..<br /><br />Bergeraklah tidak mengenal kata henti sampai Surga di kakimu…<br /><br /><span class="fullpost"></span>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-75779990101295010842011-03-18T09:40:00.000-07:002011-03-18T10:07:13.169-07:00Kisah Tentang Gelas<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWD-DMzPXxVGmARJj5q6wUdh8A2SBcI-ozYnX04xVLoKeE6PZfCQZyjqY5UKX0AOlmv6_65UWAVKzSRTGlRPvZeDUSO0reNuKhgc8MUbGGxd65Gh8xSgAqc3W71iubuHdYIFVokNJkefg/s1600/gelas.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 240px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWD-DMzPXxVGmARJj5q6wUdh8A2SBcI-ozYnX04xVLoKeE6PZfCQZyjqY5UKX0AOlmv6_65UWAVKzSRTGlRPvZeDUSO0reNuKhgc8MUbGGxd65Gh8xSgAqc3W71iubuHdYIFVokNJkefg/s320/gelas.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5585467611862610754" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Di sebuah tepi danau yang rindang, diiringi suara angin sepoi-sepoi yang menyejukkan, seorang guru bertanya kepada murid kesangannya.<br />“ Muridku, liahatlah air danau itu.. bayangkan air itu di taruh dalam sebuah gelas dan sebuah ember besar. Ketika kau mengangkatnya berat yang mana antara gelas dan ember berisi air dananu itu..?”<br />“ Tentu berat ember yang berisi air, guruku..” jawab sang murid.<br />“ Tidak muridku, belum tentu ember yang berisi air itu lebih berat daripada sebuah gelas yang berisi air tergantung bagaimana kau mengangkatnya. Sebuah gelas berisi air itu akan terasa sangat berat ketika kau memegangnya terus menerus tanpa sesekali kau meletakannya sebentar untuk merelaksasikan otot tanganmu barang sebentar. Dan ember berisi air itu akan terasa sangat ringan ketika kau mengangkatnya bersama kawan-kawanmu. Apakah kau mengerti pelajaran yang kau dapat hari ini muridku ..? ”<br />Dan sang muridpun merenung….<br />——————————————————————————————————<br />Kawan, begitupun sebuah amanah. Amanah sekecil apapun ketika kita terus menerus memegangnya tanpa memberi kesempatan bagi otak kita, tubuh kita, jiwa kita untuk beristirahat sejenak maka masalah itu akan terasa semakin berat.<br /><span class="fullpost"><br />Kawan, mungkin saat ini kita merasa jenuh, lelah dengan “gelas” yang terus menerus berada di tangan kita. Mungkin selama ini kita tidak pernah menurunkan lengan ini barang sejenak, sehingga “gelas” itu terasa semakin berat, sehingga kita semakin tidak tahan untuk membawanya dan akhirnya membuangnya untuk selamanya. Ada saatnya ketika dalam perjalanan, kita menetukan titik-titik pemberhentian untuk sekedar mengurangi kehausan, beristirahat, dan mengisi air minum untuk perjalanan berikutnya. Ketika kita membawa beban amanah, tidak melihat besar atau kecil amanah itu, maka ada kalanya bagi kita untuk beristirahat sejenak untuk sekedar mengevaluasi, merenung, mengistirahatkan fikiran kita sejenak, dan merecharge kembali semangat kita, ruhiyah kita, agar perjalanan kita selanjutnya akan kembali kita lalui dengan bekal yang cukup.<br /><br />Ketahuilah istirahat itu bukan melepaskan amanah kawan, bukan… “Gelas” itu masih menjadi tanggung jawab kita untuk senantiasa kita bawa sampai titik akhir tujuannya, tetapi istirahat adalah momen untuk menurunkan sejenak lengan, bernafas, dan mengangkat kembali gelas itu. Istirahat adalah momen memberikan semangat kembali, mengisi ruhiyah kita sehingga hambatan-hambatan di perjalanan berikutnya akan terlalui dengan mudah. Istirahat adalah momen untuk merencanakan kembali perjalanan kita berikutnya, sehingga perjalanan berikutnya akan terasa mudah dan terencana.<br /><br />Ketahuilah kawanku, bahwa sebenarnya istirahat itu juga merupakan titik kritis bagi kita. Apakah akan meneruskan perjalanan berikutnya dengan konsekuensi akan menumui hambatan-hambatan yang harus kita selesaikan, atau memutuskan sebagai titik akhir perjalanan kita, padahal sebenarnya titik akhir itu masih panjang. Maka isilah istirahat itu dengan keyakinan bahwa kita harus meneruskan perjalanan ini, bahwa kita harus masih mengangkat ‘gelas’ ini. Jangan sampai kita terbuai dengan kenyamanan sehingga menjadi malas ketika kita harus bergerak kembali.<br /><br />Kawand tentukanlah titik-titik pemberhentian itu, tentukanlah kapan kita harus menurunkan sejenak lengan ini. Agar ‘gelas’ yang kita bawa tidak terasa semakin berat, sehingga kita mampu untuk selalu membawanya sampai titik akhir tujuan kita.. yaitu surga..<br />Kawan, masih ada pelajaran yang kita ambil. Yaitu ketika kita adalah orang yang memberikan ‘gelas’ itu kepada sahabat, staff, atau bawahan kita. Ketika kita memberi amanah kepada orang lain. Berikanlah kesempatan kepada sang pembawa ‘gelas’ itu untuk menentukan titik istirahatnya, jangan sampai kita senantiasa memberi gelas-gelas itu tanpa memberikan waktu untuk sejenak untuk istirahat. Janganlah menjadi orang yang dzalim…<br /><br />Kawan, tidak selamanya teman kita itu akan berkata ketika gelas itu mulai terus terasa berat. Mungkin ketika kita meberikan ‘gelas’ itu di tangan kanannya, sebenarnya di tangan kirinya pun ada gelas-gelas lain yang harus ia bawa sampai titik tujuan, namun ia menyembunyikan gelas-gelas itu karena ia tak tega melihat kita. Atau malah kita pura-pura tidak tahu bahwa teman kita itu sedang membawa banyak gelas.<br /><br />Kawan berikanlah waktu sejenak pada kawan kita itu untuk sekedar menurunkan lengannya agar mampu<br />membawa gelas itu sampai titik tujuannya. Kawan, mungkin air dalam gelas-gelas itu akan sama beratnya dengan air yang ada di dalam ember. Ember berisi air itu akan terasa ringan ketika kita membawanya bersama-sama. Mungkin sang pembawa ‘ember’ itu tidak berkata bahwa dia butuh bantuan karena mungkin sungkan, takut, kasihan pada kita, atau sebab yang lainnya. Tetapi kita adalah sahabatnya, yang tanpa di minta untuk membantunya seharusnya ktia tahu bahwa dia butuh bantuan. Bahwa dia butuh tangan-tangan lain untuk membawa air itu, sehingga ember itu akan menjadi gelas-gelas kembali yang akan lebih ringan untuk di bawa karena sudah dibagi bersama-sama.<br /><br />Kawan fahamilah saudaramu tanpa menunggu sampai dia meminta untuk di fahami. Kawan bantulah sahabatmu tanpa menunggu dia meminta untuk dibantu. Kawan, kurangilah gelas-gelas itu tanpa menunggu dia membuang salah satu gelas karena terasa berat.<br /><br />Kawanku pedulilah…………<br />Kawanku pahamilah………</span></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-12316532943165165642009-01-29T07:59:00.000-08:002011-03-18T10:20:04.157-07:00Pemimpin Itu....(SMART Vision)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKlyJzcMwCxmu3b7XyjB-fF3iW2OlgHP9OqwSpFGLi8HDjv_CIXRxFUF4tVS7t9wyAPw6C-W6e4xOf3nG79Vtsw67C8PUZs6z7prX6ob6Spl2GcWtHBhOcTeFyuS5qI9g-XtJ-OFlcEZo/s1600/pejuang-islam.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKlyJzcMwCxmu3b7XyjB-fF3iW2OlgHP9OqwSpFGLi8HDjv_CIXRxFUF4tVS7t9wyAPw6C-W6e4xOf3nG79Vtsw67C8PUZs6z7prX6ob6Spl2GcWtHBhOcTeFyuS5qI9g-XtJ-OFlcEZo/s320/pejuang-islam.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5585470930719493634" border="0" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Suatu ketika, Abdullah bin Zubair, Mush’ab bin Umair, Urwah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan duduk bersama dalam satu majelis. Salah seorang dari mereka melontarkan pertanyaan, ”Mari kita ber-<i style="">angan</i> karena Allah, apa yang kalian inginkan?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >”Aku ingin memiliki wilayah Hijaz dan menjadi khalifah di atasnya,” kata Abdullah bin Zubair.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >”Aku ingin menguasai wilayah Iraqain (Kufah dan Basrah),” kata Mush’ab bin Umair.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >”Aku ingin memiliki seluruh bumi, dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah,” kata Abdul Malik bin Marwan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><span style="color: rgb(153, 0, 0);">”Aku ingin menjadi seorang yang alim, banyak beramal, menjadi rujukan manusia. Lalu aku unggul di akhirat dengan ridha Allah dan surga-Nya,” kata Urwah bin Zubair.</span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Pada akhirnya, Allah mewujudkan cita-cita keempat tokoh tersebut. Abdullah berhasil menguasai Hijaz dan diangkat menjadi khalifah. Mush’ab mampu menguasai Iraqain. Abdul Malik juga menjadi khalifah setelah Mu’awiyah dan Urwah menjadi ulama yang terkenal sebagai rujukan kaum Muslimin dalam mempelajari Al-Quran dan sunnah Rasul 1)*<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Begitulah orang-orang besar hidup sukses berawal dari membangun mimpi. Cita-cita. Visi. Itulah yang mesti sobat miliki untuk menjadi sukses. </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="SV" >Mereka dari awal sudah memetakan dengan tepat visi hidup mereka. Ada sebuah kalimat bijak, ”mimpi hari ini adalah kenyataan di hari esok”. Ya, kesuksesan pada masa depan dimulai dari membangun mimpi yang tepat pada saat ini.<o:p></o:p></span></p><br /><span class="fullpost"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="SV" >Sama halnya dengan memimpin sebuah organisasi. Kesuksesan sobat sebagai pemimpin dimulai dari membangun visi yang tepat. Seperti apa? </span><span style="font-size:100%;"><st1:city st="on"><span style=";font-family:";" >Ada</span></st1:city></span><span style=";font-family:";font-size:100%;" > <st1:place st="on"><st1:city st="on">lima</st1:city></st1:place> syarat, yang terkenal dengan singkatan SMART. Artinya Spesific, Measurable, Achievable, Reasonable, dan Time-phased.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=";font-family:";" ><span style="color: rgb(0, 0, 153);">1. Spesific</span><o:p></o:p></span></b></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style="font-size:100%;"><i style=""><span style=";font-family:";" >Spesific</span></i></span><span style=";font-family:";font-size:100%;" > artinya tertentu atau khusus. </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="SV" >Jelas. Gamblang. Tidak kabur. Coba kita lihat bagaimana ke-empat tokoh di atas, Abdullah bin Zubair, Mush’ab bin Umair, Urwah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan, masing-masing memiliki cita-cita yang jelas. Mereka dengan gamblang menceritakan visi yang ingin dicapai dalam hidup mereka. Gambaran yang jelas mengenai visi menjadi salah satu faktor kunci yang akan menentukan konsistensi sobat ketika menghadapi masalah. Ingat kisah Abdullah bin Rawahah dalam perang Mu’tah di edisi kemarin!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Masing-masing juga menentukan visi hidup yang berbeda satu sama lain. Itulah makna dari ”khusus” di atas. Setiap kita biasanya memiliki ke-khas-an tersendiri dalam menentukan cita-cita. Visi yang sobat tentukan, jangan terpengaruh oleh orang lain. Meminta pertimbangan orang lain itu boleh, tapi bukan kemudian berarti kita tidak memiliki prinsip sehingga malah terombang-ambing. Akhirnya, malah tidak jelas lagi visinya. Oke?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><span style="color: rgb(153, 0, 0);">Nah, dengan visi yang jelas dan khas, sobat akan lebih mudah dalam menentukan kebijakan-kebijakan organisasi. Seluruh kebijakan, aktivitas, dan kerja organisasi akan diarahkan pada bagaimana agar visi itu tercapai. Dalam hal ini, visi yang spesifik ibarat kompas bagi kapal. Bayangkan berjalan mengarungi lautan tanpa penunjuk arah! Gak kebayang deh...</span><o:p style="color: rgb(153, 0, 0);"></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=";font-family:";" lang="FI"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">2. Measurable</span><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Yang kedua adalah measurable, artinya terukur. Maksudnya, sobat memiliki parameter-parameter yang jelas untuk mengukur tingkat keberhasilan sobat dalam mencapai visi sobat. </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="SV" >Kita bisa melihat sukses tidaknya sobat dari parameter tersebut. Apa yang bisa sobat dapatkan dari pencapaian visi yang sobat rencanakan. Itu intinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Coba sobat perhatikan pernyataan Abdullah bin Zubair! Dia ingin memiliki wilayah Hijaz dan menjadi khalifah di atasnya. Parameter apa yang bisa dilihat? Ya, beliau baru akan merasa sukses jika tidak hanya memiliki Hijaz saja, tapi juga dengan menjadi khalifah di wilayah tersebut. “…………menjadi khalifah di atasnya”. Itulah kalimat yang nenunjukkan bahwa visi Abdullah bin Zubair adalah visi yang measurable.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Bagaimana dengan mengelola organisasi? Sama juga. Sobat harus memiliki ukuran-ukuran yang jelas untuk mengukur tingkat keberhasilan visi yang tercapai. Pada level-level mana organisasi tersebut dikatakan sukses atau gagal? Misalnya ada sebuah organisasi Rohis punya visi membentuk remaja yang berakhlak sholeh. Nah, akhlak sholeh seperti apa yang ingin dicapai? Perlu ukuran untuk menjelaskan level sholeh tersebut. Sobat harus miliki itu. Itulah inti dari visi yang measurable. Kemudian,…<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" ><o:p> </o:p></span><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=";font-family:";" ><span style="color: rgb(0, 0, 153);">3. Achievable</span><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Achievable atau dapat dicapai. Tentukan pencapaiannya. Target yang ingin kita capai itu apa. Nah, target itu haruslah yang rasional. Yang seperti apa? Yang sobat dapat mencapainya. Bukan yang muluk-muluk. Hanya sekedar mimpi belaka tanpa pernah bisa terealisasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Kembali kita memperhatikan pernyataan Urwah bin Zubair di atas. Pada kalimat terakhir, beliau ingin menjadi manusia yang unggul di hadapan Allah SWT. Nah, bagaimana beliau bisa mencapainya? Jawabnya adalah dengan menjadi seorang yang alim, banyak beramal dan menjadi rujukan manusia dalam ilmu agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Sebagaimana Urwah bin Zubair, sobat harus bisa merinci, atau setidaknya memiliki gambaran, kira-kira untuk bisa mencapai visi tersebut apa yang mesti dilakukan. Cara apa yang mesti sobat rencanakan. Jalan mana yang mesti sobat lalui sehingga visi tercapai. Visi bisa dikatakan achievable adalah ketika visi itu memiliki skenario atau rencana bagaimana pencapaiannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Kalau sobat ternyata tidak tahu harus bagaiamana? </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Berpikir yang keras untuk mencari jalan. Kalau masih belum ketemu, masih bingung? Boleh jadi, visi sobat memang tidak memenuhi syarat achivable.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=";font-family:";" lang="FI"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">4. Reasonable</span><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Reasonable itu bisa diartik</span><span style=";font-family:";font-size:100%;" >an layak, pantas, dan masuk akal. Realistis. Sobat mesti menentukan visi yang layak, pantas dan masuk akal bagi sobat untuk mencapainya. Untuk itu mesti ada alasan yang menjadikan visi sobat realistis. Lagi-lagi, tidak muluk-muluk sehingga bisa tercapai. Kata seorang teman, tahu diri dikitlah…<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Tapi itu bukan berarti kemudian kita terus pasang target rendah. Nggak gitu... Kita tetap menentukan cita-cita yang setinggi-tingginya, hanya catatannya mesti yang realistis. Istilah kerennya, kita tidak over-estimate tapi juga tidak under-estimate. Apa itu? Tanya mbak atau mas yang biasa ngisi kajian di musholla sekolah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Jadi, visi yang reasonable adalah yang realistis. Yang sesuai dengan situasi dan kondisi kita. Kapasitas kita sangat menentukan realistis tidaknya visi yang kita buat. Tentang visi ke-empat tokoh di atas, adalah realiastis karena memang kapasitas mereka layak untuk memiliki obsesi setinggi itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Contoh visi yang tidak reasonable adalah organisasi RISMA yang punya visi membentuk generasi pelajar yang berprestasi. Letak ketidak-<i style="">reasonable</i>-annya di mana? </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="SV" >Jelas di ”generasi pelajar”nya, karena RISMA adalah organisasi dengan anggota remaja masjid. Masa anggotanya remaja masjid, kok malah ngurus palajar. Nggak nyambung-kan?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=";font-family:";" lang="FI"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">5. Time-phased</span><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Time-phased, ini artinya visi kita mesti memiliki frame waktu yang jelas. Memiliki tahapan-tahapan waktu dalam pencapaiannya. Maksudnya, ada kejelasan waktu kapan kita akan memulai, sampai target kapan visi tersebut harus tercapai. Semua kerja tersusun dalam urutan waktu pelaksanaan yang tertata. Ini akan membantu kita dalam mengukur sukses atau gagalnya pencapaian visi kita. Selain itu, terlambat tidaknya visi tercapai juga dapat dilihat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt; color: rgb(153, 0, 0);"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Abdul Malik bin Marwan memiliki visi dengan <i style="">time-phased </i>yang jelas. </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" >Beliau ingin menjadi setelah Mu’awiyah. Di sini terlihat bahwa, <i style="">time-phased</i> tidak hanya melulu terpaku pada satuan waktu yang biasa kita kenal, misal tahun, bulan, umur, dsb. Tetapi yang ditekankan adalah pada urutan atau tahapan kerja dengan alokasi waktu masing-masing. </span><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" >Gitu….... <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style=";font-family:";font-size:100%;" lang="FI" ><o:p style="color: rgb(153, 0, 0);"> </o:p><span style="font-style: italic; color: rgb(153, 0, 0);">1)* Pustaka: Meraih Kekuatan dari yang Maha Kuat. M. Lili Nur Aulia. Pustaka Da’watuna. 2005</span><o:p></o:p></span></p><br /></span>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-8109195922152680052009-01-29T07:19:00.000-08:002011-03-18T11:10:28.980-07:00Pemimpin itu...(Memimpin dengan Visi)<div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Rombongan besar pasukan Muslimin ekspedisi penaklukan Romawi telah berangkat. Sampai di suatu tempat yang dikenal dengan Ma’an, rombongan berhenti untuk istirahat. Di sana pasukan Muslimin mendengar kabar bahwa jumlah pasukan musuh (Romawi) jauh lebih besar. Tiga puluh ribu pasukan Muslimin akan berhadapan dengan 200 ribu tentara Romawi. Mengetahui kabar itu, seketika semangat sebagian pasukan Muslimin menurun. Muncul keraguan dan pesimisme. Dalam pada itu, muncul usulan untuk berkirim surat kepada Rasulullah dan menceritakan kekuatan lawan.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Mendengar itu, salah seorang komandan perang, Abdullah bin Rawahah segera berkata, “Demi Allah, apa yang kalian tak sukai justru merupakan tujuan kalian sebenarnya. Bukankah kalian menginginkan mati syahid? Kita memerangi musuh bukan karena mengandalkan jumlah, kekuatan, maupun banyaknya tentara. Kita memerangi meraka atas nama agama ini yang karenanya Allah memuliakan kita. Majulah! Kita pasti akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan. Menang atau syahid!”</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Serentak pekik takbir bergema. Pasukan Muslimin bersepakat untuk meneruskan perjalanan ekspedisi. Sampai di suatu tempat yang bernama Mu’tah, pertempuran terjadi. Dan kemudian Allah menganugerahkan kemenangan bagi kaum Muslimin. Pasukan Romawi berhasil dipukul mundur, kembali ke negerinya.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Salah satu hikmah yang menarik dari penggalan kisah di atas adalah bagaimana kepiawaian Abdullah bin Rawahah sebagai salah satu pimpinan pasukan mengembalikan semangat perang yang mulai surut. Bagaimana dia, dengan kemampuan pidatonya, mampu membangun kembali optimisme pasukan Muslimin meski akanmenghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Jawabannya terletak pada visi.</span> <span class="fullpost"><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Visi adalah cita-cita. Tujuan akhir. Mimpi yang ingin dicapai. Yang kemudian memberikan dorongan bagi kita untuk berusaha hingga mimpi itu tercapai. Dalam sebuah organisasi, visi adalah tujuan akhir yang akan memberikan jawaban untuk apa organisasi tersebut terbentuk, kemudian merencanakan dan menjalankan program kerjanya. Organisasi tanpa visi akan menjadi organisasi tanpa tujuan.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Kita ibaratkan suatu organisasi dengan sebuah kapal yang sedang melakukan perjalanan. Pelabuhan tujuan kapal berlabuh adalah analogi dengan visi bagi organisasi. Nah, nahkoda kapal ibarat pemimpin bagi organisasi dengan ABK adalah anak buahnya. Agar sampai pada tujuan, maka nahkoda dan ABK kapal harus tahu tujuan kemana kapal akan berlabuh. Jika suatu ketika, karena cuaca misalnya, kapal berbelok menuju ke arah yang salah, maka dengan mudah nahkoda dapat mengembalikan arah kapal tetap pada posisi yang benar. Nahkoda akan mengerahkan segenap ABK-nya untuk membuat kapal berjalan tetap megarah pada pelabuhan tujuan.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Visi menjadi penting ketika terjadi gejolah dalam organisasi. Seperti yang terjadi pada Abdullah bin Rawahah dan pasukannya. Ketika dia merasakan pasukannya mengalami lemah semangat, bukan karena jumlah pasukan musuh, tetapi sebenarnya karena pasukannya lupa dengan niat awal kenapa mereka harus berperang. Maka dengan segera ia mengingatkan seluruh pasukannya tentang tujuan awal kenapa mereka dikirim dalam ekspedisi ini. Ia dengan lantang menyampaikan bahwa visi pasukan adalah untuk meraih kemenangan atau menggapai syahid, maka jumlah pasukan musuh bukan alasan untuk mundur. Itulah arti penting sebuah visi bagi seorang pemimpin.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Jika sobat menjadi seorang pemimpin sebuah organisasi (OSIS, ROHIS, remaja masjid, dsb.) maka sobat harus memahami visi atau tujuan organisasi yang sobat pimpin. Agar sobat tidak kebingungan ketika harus menjalankan fungsi kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pemahamam tentang visi organisasi akan menentukan bagaimana sobat mengelola dan mengaturnya. Kebijakan-kebijakan yang sobat ambil sangat ditentukan oleh pemahaman sobat tentang visi organisasi. Visi akan menjadi bingkai dari semua yang terjadi dalam sebuah organisai.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Kinerja kepemimpinan sobat bisa dilihat dari pencapaian atas visi yang telah ditetapkan. Maka semua program kerja yang direncanakan harus mengacu pada bagaimana visi organisasi bisa tercapai. Misal, ada sebuah organisasi yang visinya adalah memiliki anggota yang berakhlak sholeh. Maka program kerja dan kebijakan sobat harus diarahkan pada bagaimana membuat anggota menjadi berakhlak sholeh semua.</span><br /><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> <span style="color: rgb(204, 0, 0);">Sobat sendiri harus memiliki visi memimpin. Pertanyaannya adalah visi seperti apa yang mestinya kita miliki? (bersambung)</span></span><br /></div></span></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-69648436008502509122008-10-21T08:32:00.000-07:002011-03-18T10:46:17.226-07:00Mahasiswa Punya Hutang<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRdv7Jav4sLaeR76MKDnq_2zLyosHPy1lZZp38BcBsDdyE3A4c4NMfhsc1Y4RwUOxuU2CV-rWCyD4f2ZvAslDReWB2HUhCJGpyRs6dqDfjNqCyIh7bSRRCRtQG8pHlQEhCNhzfwir2myY/s1600/images.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 274px; height: 184px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRdv7Jav4sLaeR76MKDnq_2zLyosHPy1lZZp38BcBsDdyE3A4c4NMfhsc1Y4RwUOxuU2CV-rWCyD4f2ZvAslDReWB2HUhCJGpyRs6dqDfjNqCyIh7bSRRCRtQG8pHlQEhCNhzfwir2myY/s320/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5585477672958420754" border="0" /></a><br /><style type="text/css"> <!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } --> </style> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Keadaan mahasiswa sekarang semakin hedonis saja, seolah-olah mereka tanpa beban untuk menjalankan segala aktivitas yang hanya berfoya-foya saja. Mahasiswa sekarang lebih mementingkan kepentingan ego mereka saja, tanpa memedulikan lingkungan sekitarnya. Alih-alih mikir negara, mikir tugas kuliah pun di anggap hanya sebuah beban yang memberatkan saja. Mereka masa bodoh dengan keadaan sekitar, seakan-akan apapun keadaan di sana tidak mempengaruhi mereka. Itulah salah satu potret mahasiswa kita.</span></span></p> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Tahukah kalian? Bahwa merekalah yang masyarakat anggap sebagai kaum intelektual. Merekalah yang masyarakat anggap selama ini merupakan sekelompok orang yang berpendidikan lebih yang selanjutnya dapat dipercaya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat kita ini. Namun mereka tanpa beban meremehkan kepercayaan kita ini. Mereka masa bodoh dengan berbagai problema yang terjadi di masyarakat, yang penting bisa kumpul-kumpul nggak jelas sama gerombolan mereka.</span></span></p> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Padahal selama ini mahasiswa Indonesia menanggung beban hutang yang harus dipertanggungjawabkan. Selama ini mahasiswa masih mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk biaya kuliahnya, dan biaya yang digunakan untuk mensubsidi itu berasal dari pajak yang dibebankan oleh pemerintah terhadap rakyat bangsa ini. Ditengah kondisi ekonomi yang nggak jelas ini, para tukang becak, pedangang asongan, tukang ojek, dan golongan masyarakat ekonomi bawah lainnya masih di bebani permintah dengan pajak. Dan sebagian dari pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah itu digunakan untuk mensubsidi biaya kuliah kita. </span></span> </p> <span class="fullpost"> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Sebuah penghianatan yang besar, apabila kita dengan santainya kongkow-kongkow di café, nongkrong nggak jelas, padahal di tempat lain para pedagang asongan, tukang becak berlelah ria untuk mencari rupiah yang dengan penghasilan yang sedikit itu masih dipotong untuk membayar untuk mensubsidi biaya kuliah kita. </span></span> </p> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Sebuah penghianatan yang besar jika kita tidak ikut andil untuk berperan serta dalam penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Padahal selama ini mahasiswa masih masih mendapatkan perhargaan yang besar di kalangan masyarakat sebagai kaum yang terpelajar. Namun selama ini kita membohongi mereka, alih-alih mikirin problema masyarakat mikirin kuliah aja nggak pernah.</span></span></p> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(102, 51, 255);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Kawan, begtulah, selama ini kita mempunyai beban yang sangat besar, beban hutang yang kita tanggung selama kita kuliah, beban moral yang diberikan masyarakat kepada kita. Tapi itu semua lebih pantas untuk disebut sebagai konsekuensi, bukan beban. Semua itu adalah konsekuensi kita sebagai mahasiswa. Para tukang becak itu membayari sebagian kuliah kita melalui subsidi yang disalurkan Negara tidak untuk menciptakan mahasiswa yang setelah lulus malah menjadu beban Negara. Yang setelah diwisuda hanya menambah daftar panjang para pengangguran.</span></span></p> <p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(102, 51, 255);">Semua konsekuensi itu mau tidak mau harus kita tanggung bersama. Oleh karena itu kita adalah seorang pengecut, jika dengan seenaknya menyianyiakan segala yang diberikan oleh rakyat bangsa ini. Kita adalah seorang pengecut, jika menyianyiakan segala harapan rakyat bangsa ini. Teman-teman, kondisi bangsa ini sudah semakin semrawut, kita yang di anggap kaum terdidik ini jangan sampai semakin menambah semrwutnya bangsa ini. Kita adalah kaum intelektual yang logikanya kita lebih bisa untuk berfikir cerdas. <span style="color: rgb(51, 51, 51);"> (jundi4)</span></span><br /></span></span></p><p style="text-indent: 0.39in; margin-bottom: 0in; color: rgb(255, 0, 0);" align="justify"><span style="font-family:Arial,sans-serif;"><span style="font-size:100%;">Hidup mahasiswa….!!! Bangsa ini menunggumu…..</span></span></p><br /></span>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-74151132518847289672008-08-03T11:55:00.000-07:002008-11-14T20:48:11.135-08:00PACARAN = PENGHIANATAN<span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:85%;" ><span style="font-family:verdana;">Wow sadis banget ya ? Bukankah pacaran itu merupakan sebuah sarana untuk mengungkapkan rasa cinta kita kepada lawan jenis, kenapa di tuduh sebagai sebuah penghianatan yang itu bertolak belakang dengan rasa cinta ....</span><br /><span style="font-family:verdana;"> Mungkin itulah pendapat teman - teman ketika membaca judul salah satu tulisan di blog ane ni. Tapi sebelum menjudge tulisan ane ini alangkah baiknya kita baca dulu penjelasan berikut.</span><br /><span style="font-family:verdana;"> Pacaran bagi temen2 mungk9in sesuatu yang biasa di lifestyle kita, lihat orang mojok di kampus , kantin, taman, mungkin dah biasa dan kita anggap itu sah2 saja karena mereka baru mengungkapkan perasaan cinta mereka yang itu merupakan hsk mereka.</span><br /><span style="font-family:verdana;"> Tapi pertanyaan kita apakah pacaran itu merupakan sesuatu yang bersifat kaih sayang ? sebelum jauh membahas kita tanya saja dulu para pelaku pacaran ( he.... kayak tndak kriminil ja ya.... ) apa sih tujuan mereka pacaran ? U</span><em style="font-family: verdana;">ntuk mengungkapkan rasa cinta</em><span style="font-family:verdana;">, itu mungkin salah satu jawaban mereka, atau mungkin </span><em style="font-family: verdana;">ikut - ikutan ja lagi trends kalee</em><span style="font-family:verdana;">.... Lau pertanyaan berikutnya seriuskah mereka pacaran ? </span><em style="font-family: verdana;">Ya seriuslah......masak pacaran maen2 ini kan menyangkut hati seorang manusia</em><span style="font-family:verdana;">, cie........... inilah jawaban salah satu aktivis PPP ( bukan nama partai, tapi Persatuan Pelaku Pacaran, he...maksa banget ya..) kita tanya lagi siapkah mereka menikah? </span><em style="font-family: verdana;">Ha... menikah? itu nanti kale...</em><span style="font-family:verdana;"> mungkin jawaban mereka juga </span><em style="font-family: verdana;">Pacaran kan masa penjajakan ngapa mikir nikah ? </em><br /><span style="font-family:verdana;"> Dari rangkaian jawaban di atas kita dapat menyimpulkan vahawa sebagian besar pelaku pacaran adalah TIDAK SERIUS, mungkin hanya maen - maen saja dan hafing fun lah..... Lalu bagaimanan tentang waktu kita yang terbuang hanya untuk sesuatu yang hafing fun saja? Bagaimana kalau waktu itu kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat ? Bukankah masih banyak hafing fun yang bermanfaat ? Eits... pacaran kan dapat memotivasi kita untuk belajar.... Mungkin jawaban ini tidak sepenuhnya salah, tapi bagaimana kalau kita menggunakan sarana memotivasi yang lebih efektif ? seperti Tuhan kita contohnya, alangkah bijaknya jika kita selau termotivasi untuk berbua sesuatu karena Tuhan kita, sudah dapet dunianya, akherat pun di raih juga...</span><br /><span style="font-family:verdana;"> He.... kita kok jadi ngelantur ya.... bukankah kita mo bahas tentang penghianatan... OK.... sekarang ayo kita simak lagi..........</span><br /><span style="font-family:verdana;"> Teman - teman percaya jodoh nggak ? </span><em style="font-family: verdana;">ya percaya banget lah.. </em><span style="font-family:verdana;">Kapan kita ketemu jodoh kita ? </span><em style="font-family: verdana;">Hmmm....saat menikah ya ? </em><span style="font-family:verdana;">Dari daftar jawaban pada paragraf sebelumnya menyebutkan bahwa tidak 100% pacaran itu untuk menikah.. Lalu bagaimana nasib bidadari ( baca jodoh kita ) yang dijanjikan ALLAH di seberang sana atau mungkin di dekat kita sekarang? Bukankah saat kita bermanja - manjaan dengan pacar kita, kita juga menghianati perasaan bidadari kita ? </span><em style="font-family: verdana;">Tapi dia kan tidak tahu ?</em><span style="font-family:verdana;"> mungkin itu anggapan temen 2, tapi apakah kasih sayang itu menunggu orang yang kita sayangi tahu atau melihat, lalu kalau si dia tidak tahu kita berpaling darinya, bukankah itu sebuah PENGHIANATAN ? </span><br /><span style="font-family:verdana;"> Mari kita jangan terus melakukan sebuah penghianatan kepada orang yang akan menemani kita sampai akhir hayat, Insya Allah....<br /></span></span><div style="text-align: center;"><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Lelaki yang Baik untuk Wanita yang Baik</span></span><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Wanita yang Baik untuk Lelaki yang baik</span></span><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Itu Janji ALLAH.... </span></span><br /></div><div style="text-align: center;">(jundi4)</div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-58356372988856957012008-08-03T10:45:00.000-07:002008-08-03T11:01:15.918-07:00Aku Bisa ...!!!<p style="margin-bottom: 0cm;"><a name="more-170"></a><span style="color: rgb(51, 102, 255);font-size:85%;" >Dua orang anak remaja melewati sebuah rumah yang memiliki kebun besar di depannya. Salah satu pohon di depan rumah tersebut adalah sebuah pohon durian. Saat itu sedang musim durian sehingga kebetulan pohon tersebut sedang berbuah. Mereka berdua melihat beberapa durian yang sudah terlihat matang di pohon. Rudi mengatakan bahwa durian tersebut pasti manis. Sementara temannya Anton mengatakan bahwa durian tersebut tidak ada rasanya. Mengapa bisa berbeda?</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Mengapa kamu mengatakan bahwa durian tersebut tanpa rasa?” tanya Rudi kepada Anton.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Sambil tersenyum Anton menjawab, “Mata tidak bisa merasakan manis atau pahit. Jadi durian tersebut tidak punya rasa karena hanya bisa dilihat.”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Kacian deh loe!”, ejek Rudi sambil tertawa.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Memang kamu bisa memakan durian itu?” kata Anton balik menyerang.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Kenapa tidak?” jawab Rudi sambil tersenyum yakin.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Kamu mau mencurinya? Yang punya rumah ini galak. Kalau ketahuan bisa bahaya!” kata Anton.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Siapa bilang mau mencuri? Saya akan mendapatkan durian itu tanpa mencuri.” bela Rudi dengan yakin.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Bagaimana mungkin? Memang kamu punya uang untuk membelinya?” tanya Anton.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Tidak juga, tetapi saya punya ini dan ini.” kata Rudi sambil menunjukan kepala dan otot bisepnya. Rudi melanjutkan, “Mari kita buktikan.”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Kemudian Rudi menuju pintu pagar kebun tersebut dan memijit bel. Pemilik rumah pun keluar dan bertanya kepada Rudi.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Ada apa Rudi?”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Apakah bapak perlu bantuan untuk membersihkan kebun Pak? Kami berdua siap membantu bapak.” kata Rudi sambil melirik temannya Anton. Anton seperti dihipnotis langsung mengangguk.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Oh begitu!”, kata pemilik rumah, “kamu mau apa sebagai upahnya?” lanjutnya.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Cukup satu buah durian saja pak.” kata Rudi sambil melihat sebuah durian yang terlihat sudah matang.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Kalian kan berdua, nanti saya kasih dua buah, masing-masing satu. Asal kalian bekerja dengan baik.”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Siap pak!” kata Rudi sambil memberi hormat layaknya tentara disusul oleh Anton.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Singkat cerita pekerjaan pun beres. Mereka berdua menikmati durian masing-masing. Rudi bertanya kepada Anton.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Bagaimana rasanya durian kamu?”</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">“Manis, he he.” jawab Anton sambil tertawa.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Teman, apa yang kita dapat dari cerita di atas ?</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Dari cerita tersebut kita bisa mengambil sebuah hikmah bahwa apabila kita menginginkan sesuatu maka akan tercipta sebuah jalan untuk mencapai sesuatu tetsebut. Namun semua itu butuh aksi langsung dari kita. Ada jalan untuk mencapai sesuatu namun kita enggan untuk menapaki jalan tersebut, maka keinginan kita tersebut hanya akan menjadi harapan tanpa hasil belaka.</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);"><span style="font-size:85%;">Setidaknya ada du kunci sukses untuk menggapai sesuatu yaitu keinginan, keyakinan dan aksi. Bagaimana kita akan memperoleh sesuatu jika kita tidak mempunyai impian untuk meraih harapan tersebut. Dan impian tersebut harus kita yakini bahwa kita bisa meraihnya, insya allah nanti akan ada jalan yang terbentang di depan kita. Dan jalan tersebut butuh untuk di tapak, kita tidak akan mencapai tujuan jika kita kita tidak meanapaki tangga dari yang pertama..</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);" align="center"><span style="font-size:85%;">Teman... Yakinlah bahwa KITA BISA !!!</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; color: rgb(51, 102, 255);" align="center"><span style="font-size:85%;">“Innallaha ma'ana”</span></p><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="color: rgb(51, 102, 255);font-size:85%;" >Artikel ini di inspirasi dari tulisan Rahmat </span><span style="color: rgb(51, 0, 204);"> <a href="http://www.motivasi-islami.com/" target="_blank"><span style="color: rgb(51, 102, 255);">Sumber:Motivasi </span>Islami</a> </span></p>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-28998609932186119332008-08-01T21:13:00.000-07:002008-11-14T20:51:39.833-08:00Listrik Mati, PLN Tidak Mati<div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:100%;" >"Mati lagee... mati lagee...."<br />" Wah lagi ngerjakan tugas, listrik mati...PLN kerja nggak sih "<br /><br /></span><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><span style="font-size:100%;"> Mungkin sering kita mendengar berbagai keluhan seperti diatas ketika listrik mati di tengah kebutuhan akan energi tersebut yang tinggi. Dan wajar saja jika mereka mengungkapkan kekecewaan mereka, karena pemadaman ini bukan sekali saja. Tapi satu bulan hampir 3 sampai 2 kali terjadi pemadaman</span>, dan ini menimbulkan kerugian baik pada rumah tangga maupun usaha. Apalagi pemadaman terjadi di tengah-tengah pekan yang mendekati deadline tugas kuliah, maka kita akan lebih banyak mendengar ungkapan kekecewaan mereka.<br />Tetapi kita sebaiknya tidak hanya mengungkapkan kekecewaan saja, tapi juga menelaah apa sih yang terjadi dengan PLN sehingga tidak mampu memenehi kebutuhan listrik di Indonesia ?? Sebagai mahasiswakan kita dituntut untuk berpikir kritis (cie....)<br />Denger-denger sih...masalah ketidakmampuan emasok listrik ini disebabkan oleh keterlambatan pasokan BBM atau batubara yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan uap untuk memutar generator sehingga menghasilkan listrik. PLN berdalih keterlambatan ini disebabkan oleh keadaan cuaca, atopun pasokan BBM dan batubara dari pemasok yang tersendat-sendat.<br />Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa pasokan bahan bakar tersebut bisa terlambat ? Kenapa dahulu tidak terjadi kasus seperti ini? Padahal kondisi cuaca yang buruk yang menhadang kapal pengankut BBM tidak hanya terjadi akhir-akhir ini saja, padahal jalan antara pemasok BBM dengan PL tidak bertambah panjang... Ditengah harga bahab bakar dunia yang tidak menentu, para pengusaha batubara tidak mau dikontrak oleh PLN dengan jangka panjang, tetapi mereka maunya hanya jangka pendek per bulan misalnya. Karena dengan kondisi harga batubara yang kadang naik, para pengusaha akan tetap untung bila kontrak nya jangka pendek. Sehingga hal ini menyebabkan setiap bulan harus memperpanjang kontrak sehingga menyebabkan keterlambatan pasokan. Hal ini ditambah masalah naiknya harga minyak dunia yang membuat Pertamina terlambat memasok BBM pada Pembangkit Listrik<br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);"> Dari dua hal di atas kita bisa melihat bahwa masalah pemadaman ini disebabkan oleh ketidakmampuan manejemen lembaga-lembaga yang terkait terhadap masalah yang ada. Seharusnya mereka sudah mengantisipasi akibat-akibat yang terjadi di tengah kondisi energi dunia yang makin runyam. Hal ini dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam mengeluarkan peraturan mengenai hal ini, pemerintah seharusnya bisa memaksa para pengusaha batubara untuk memprioritaskan pada kebutuhan Pembangkit Listrik. Dan hal ini membutuhkan peraturan yang tegas dan terbuka, karena peraturan yang tegas akan memicu adanya penyimpangan pada prakteknya.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);"> Kondisi internal PLN juga perlu di teliti. KPK sekiranya perlu untuk memeriksa lembaga ini. Dengan kondisi harga BBM maupun Batubara yang tinggi, rawan terjadi adanya permainan harga yang dapat merugikan negara.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);"> Yach..... moga aja dengan kondisi listrik yang sering mati tidak membuat PLN mati agar terus memperbaiki manejemennya yang tentunya harus didukung dengan kebijakan pemrintah. (Jundi4)</span><br /></div></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-25960609484304931772008-07-01T19:14:00.000-07:002008-07-01T19:17:38.029-07:00SAAT......<span style="color: rgb(51, 0, 204);"> </span> <span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"> </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasan, kau membuatnya tidak tidur sepanjang malam dengan tangisanmu.</span><br /></span><div class="entry-content"><div class="entry-body"><p><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 255, 0);"></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajari mu untuk berjalan, selalu </span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"> </span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">menyemangatimu</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">.</span><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> Sebagai balasanya, kau kabur saat dia memanggilmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakan makananmu dengan penuh kasih sayang</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">. </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makananmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 4 tahun dia membelikanmu pensil berwarna</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">. </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya kau coret-coret dinding putih rumahmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu bola</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">. </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya kau memecahkan jendela tetangga.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 6 tahun, kau dibelikannya es krim</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">. </span><span style="color: rgb(255, 0, 102);">S</span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">ebagai balasanya kau mengotori baju putihmu.....................................</span><br /><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 15 tahun, dia selalu mengantarkanmu ke sekolah</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);">. </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya kau banting pintu mobil tanpa pamit.</span><br /><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 17 tahun, dia membayar mahal untuk les privatmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"> </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya kau membolos tanpa alasan.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau bermur 18 tahun, dia bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliahmu.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"> </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagai balasannya kau hanya bersantai - santai saja ngumpul bareng temen2 .................</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Saat kau berumur 30 tahun, dia sakit - sakitan sehingga membutuhkan perawatan.</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"> </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Sebagaii balasanya kau baca pengaruh negatif orang tua yang tinggal di rumah anaknya.............</span><span style="color: rgb(51, 255, 0);"><br /></span><span style="color: rgb(51, 153, 255);">Dan hingga suatu hari.......dia meninggal denga tenang. Dan tiba-tiba kau teringat akan apa yang kamu lakukan terhadapnya, karena memori itu menghantam bagaikan palu.</span><br /><br /><span style="color: rgb(102, 0, 255);">Ya Allah sebegitu tegakah hambamu ini terhadap orang tua kami ?......<br />Ampunilah dosa-dosa mereka ya Allah, bimbinglah mereka sebagaimana mereka membimbing kami...<br />Ridho Orang Tua adalah Ridho-MU..........</span></span></p> </div> </div><span style="color: rgb(51, 0, 255);"> </span>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-50425614846006727612008-07-01T19:04:00.000-07:002008-11-14T20:53:26.827-08:00Cerita Tentang Belalang<span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(51, 0, 204);font-family:trebuchet ms;" > Seekor belalang telah terkurung pada suatu kotak kecil. Pada suatu hari di terbebas dari kotak tersebut. Berlompat - lompatlah dia dengan gembira, hingga di melihat seekor belalang lain yang sedang melompat melewatinya. Dia heran, kenapa lompatannya lebih tinggi ?<br /> </span><span style="color: rgb(51, 0, 255);"><span style="font-family:trebuchet ms;">" Hai teman, mengapa engkau bisa melompa lebih tinggi dariku ? sedangkan ukuran tubuh kita sama."</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> " Bukankah ini hanya sebuah lompatan yang biasa, di manakah kau tinggal selama ini ? semua belalang bisa melakukan ini. " Jawab belalang tadi</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> Barulah si Belalang tersadar bahwa selama ini kotak itu membuat lompatanya tidak bisa tinggi.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> ....................................................................................</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> Kadang2 kita sbgai manusia, tanpa sadar, pernah mengalami keadaan seperti si Belalang. Tanpa sadar kita terjebak pada "kotak" semu yang menghambat potensi kita. Penglaman buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagala, perkataan negatif teman, semakin meperkuat "kotak" tersebut. Parahnya kita lebih sering menerima mentah - mentah apa yang mereka vonis terhadap kita, tanpa berpikir benarkah ? Kita juga malahan percaya pada mereka daripada diri kita sendiri.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> Pernahkah kamu berpikir bahwa kamu bisa melompat lebih tinggi jika memecahkan "kotak" itu ? Tidak inginkah kamu meraih cita-cita besar kamu selama ini ? teman, sesungguhnya "kotak" itu berada di pikiran kita sendiri. Stigma negatif, merasa tidak mampu, "ah ini terlalu besar", ketidakpercayaan diri, adalah bahan pembentuk "kotak" tersebut.</span><br /><span style="font-family:trebuchet ms;"> Sebagai manusia kita diciptakan ALLAH dengan kemampuan yang brlebih. Kita diberi ujian untuk menguatkan kita, untuk membentuk kita yang selalu semangat untuk berjuang, tidak mudah menyerah, selalu PD. Karena itu BERUSAHALAH, tetaplah bertahan dan selalu lah BERPIKIR POSITIF terhadap diri kita. Berat memang, lelah memang, tapi itu semua akan menjadi sirna saat kita berada di puncak keberhasilan. (jundi4)</span> </span></span>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1776082163388036421.post-29504749691964089282008-07-01T18:44:00.000-07:002008-07-01T18:47:16.538-07:00Yang Membutakan Kebenaran<div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;">Agar bisa memahami hakikat kebenaran dari Allah, maka kita harus bersikap proporsional dan tidak berlebihan mencintai makhluk. Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan memohon sesuatu, "Ya Rasulullah, suruhlah aku dengan amal pekerjaan, tetapi sedikitkanlah," pintanya. Rasul pun menjawab, 'Jangan marah!'. Lelaki itu kemudian mengulangi lagi permohonannya. Tetapi, Rasulullah menjawabnya dengan jawaban yang sama, 'Jangan marah' (HR Bukhari).</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;"> Dalam konteks lain, Allah SWT menurunkan pula perintah berperang di jalan-Nya, Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Allah melanjutkan firman-Nya dengan satu peringatan yang menisbikan penilaian manusia atas sesuatu, ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui'' (QS Al Baqarah: 216). Allah SWT pun berfirman, ''Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (bagimu)'' (QS At Taaghabun: 15).</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;"> Sahabat, tenyata ada tiga hal yang diperingatkan Allah dan Rasul-Nya agar kita tidak tergelincir ke dalam jurang kehinaan. Ketiganya adalah marah, benci, dan cinta. Islam tidak melarang kita marah, benci, dan mencintai sesuatu, karena itu manusiawi. Bahkan ketiganya harus dipelihara dan diarahkan agar membawa kebaikan. Tidak normal, bila kita tidak pernah marah dan benci. Yang dilarang itu adalah kemarahan, kebencian, dan rasa cinta yang membuat kita buta pada kebenaran. Misal, bila istri kita digoda orang lain dan kita diam saja tidak melakukan reaksi apa pun. Ini jelas tidak normal. Demikian juga, bila tiba-tiba uang atau pakaian kita diambil orang di depan mata, lalu kita malah tersenyum. Ini jelas tidak normal juga. Sangat wajar bila dalam hati muncul perasaan marah dan benci, dan diekspresikan dengan menegur orang tersebut. Istri dan harta merupakan titipan Allah yang harus kita jaga. Jadi, kita harus memiliki kemarahan dan kebencian. Tapi marah dan benci yang bagaimana? Tentu marah dan benci yang proporsional. Tepat waktu dan tepat sasarannya. Kita harus marah dan benci terhadap kekufuran, bukan kepada orang yang melakukan kekufuran tersebut. Kita harus marah dan benci terhadap kejahatan, bukan kepada orang yang melakukan kejahatannya. Justru kita harus merasa iba dan berbelaskasihan kepada orang yang melakukan kemaksiatan. Mungkin ia melakukannya karena belum tahu, terpaksa, atau karena sebab lainnya. Kita harus terus berempati dan tidak berburuk sangka terlebih dahulu. Dan, kita harus memiliki keinginan untuk menyadarkan mereka terhadap nikmatnya berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan agama.</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;"> Hal lain yang juga dapat membahayakan kita adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang berlebihan. Semakin melewati takaran, seperti halnya perasaan marah dan benci, perasaan cinta pun dapat membutakan kebenaran. Cinta yang berlebihan dari seorang istri terhadap suaminya, akan melahirkan perasaan cemburu yang berlebihan pula. Hatinya akan menjadi kotor dan terus bertambah kekotorannya lantaran berkecamuk perasaan curiga dan buruk sangka terhadap apapun yang dilakukan suami. Setiap saat timbul perasaan waswas, cemas, dan gelisah tanpa sebab, serta sangat berkeinginan untuk membatasi ruang gerak suaminya. Dengan demikian, butalah ia dari kebenaran. Situasi seperti ini akan terjadi pula pada seorang suami yang terlalu mencintai istrinya. Terlalu cinta kepada anak, juga sangat tidak baik. Pernah ada seorang ikhwan yang begitu bangga dan sayang terhadap anak pertamanya yang masih bayi, sehingga hampir di setiap ada kesempatan selalu mengendong dan menimang-nimang sang bayi. Bahkan setiap usai shalat pun ia sering lupa berzikir seperti biasanya dan segera melompat pulang ke rumah. Ketika gurunya yang mursyid mengetahui kelalaian tersebut, ia pun segera diingatkan, "Awas, berhati-hatilah! Jangan sampai cinta kepada makhluk menjauhkan dirimu dari cinta kepada Allah". Kecintaan yang berlebihan pada harta juga dapat membuat kita tergelincir dari nilai-nilai kebenaran. Bukankah sifat riya, ujub, sum'ah (ingin populer), dan takabur bisa muncul dalam hati karena melimpahnya harta yang kita miliki?</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;"> Demikian juga sifat kikir, enggan menolong orang yang lemah, dan malas mengeluarkan infak dan zakat timbul karena takut jatuh miskin. Bila ini terjadi, kita tidak akan pernah sadar bahwa sebenarnya harta yang kita genggam itu hanyalah titipan Allah SWT. Sekali lagi ketamakan terhadap harta akan membutakan kebenaran dan berujung pada kerusakan. Oleh karena itu, Allah yang Maha Rahman jauh-jauh hari telah memperingatkan hamba-hamba-Nya, ''Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian itulah orang-orang yang merugi'' (QS Al Munaafiquun: 9).</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;"> Sahabat, adapun kebenaran itu tidak perlu diragukan lagi, pasti datangnya dari Allah Dzat Pemilik alam semesta ini. Al haqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin, Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu, demikian firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat 147. Karenanya, agar kita bisa memahami hakikat kebenaran dari Allah, maka kita harus bersikap proporsional dan tidak berlebihan mencintai makhluk. Demikian pula dalam mengungkapkan perasaan marah dan benci, janganlah kita berlebihan. Wallahu a'lam bish-shawab. ( KH Abdullah Gymnastiar )</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family: verdana;">March 22, 2008 in Renungan | Permalink</span></span></div>Udhihttp://www.blogger.com/profile/14448884476433836185noreply@blogger.com0